Apa jurusan kuliah yang terlalu dilebih-lebihkan?

 1.Jurusan Kedokteran

oleh: 

"Sudah besar cita-citanya mau jadi apa?"

"Jadi dokter, bu guru!"

Di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa kedokteran memang menjadi salah satu jurusan yang dinilai bergengsi, salah satu pilihan sejuta para pemimpi, dan salah satu fakultas dengan passing gradenya yang tinggi.

Saya sempat menemukan ini di twitter:

Berbagai motivasi telah berhasil menjadi dasar atas keputusan besar yang mereka ambil untuk menjadi dokter.

Di bawah ini ada beberapa tipe orang yang saya temukan ketika ditanya perihal alasan mengapa memilih fakultas kedokteran (FK).

  • Jawaban dari si anak kecil yang berkomitmen pada mimpinya sampai dewasa:

"Saya masuk kedokteran karena memang cita-cita dari kecil. Saya merasa bingung kalau tidak masuk fakultas itu, saya mau masuk ke mana lagi."

  • Jawaban si pengikut jalan takdir:

"Mau bagaimana lagi? Orangtua saya dokter semua. Saya coba-coba test masuk ke fakultas itu, eh taunya keterima. Ya sudah, jalani saja deh."

  • Jawaban si mesin penghafal:

"Dulu saya unggul di pelajaran biologi, dan memang kuatnya di hafalan sih. Jadi saya kira kedokteran memang cocok untuk saya."

  • Jawaban manusia penganut 'katanya'. Biasanya lanjutan dari pernyataan di atas:

"Saya lemah banget di matematika, kimia, apalagi fisika. Katanya kedokteran adalah fakultas yang tidak terdapat materi hitung-menghitungnya." 🤔

  • Jawaban anak yang menggantungkan hidupnya pada keputusan orangtua:

"Saya mengikuti kemauan orang tua. Keputusan mereka pasti membawa kebaikan bagi saya."

  • Jawaban mengawang-ngawang:

"Jadi dokter itu kerjaannya sudah jelas, prospek ke depan bagus, banyak duit dan cepet kaya pula! Pokoknya kehidupan saya pasti terjamin. Kerenlah jadi dokter, idaman para camer!"

  • Jawaban idealis:

"Dokter itu pekerjaan mulia. Suatu saat saya ingin menjadi seorang dokter yang mengabdi pada agama, nusa dan bangsa dengan cara menolong orang banyak.

  • Ada pula golongan orang yang setiap semesternya mengubah alasan tergantung modul yang sedang dijalani. Puncak frustasi-dilema salah jurusan biasanya terjadi di semester 2. Mau lanjut merasa gak sanggup, tapi mau udahan juga sayang uang atau takut mengecewakan orangtua.
  • Jawaban orang yang udah mati rasa: ————
  • Bahkan ada pula koas yang gak nyangka udah berhasil bertahan sejauh itu, tapi takut menghadapi kenyataan bahwa sebentar lagi dia akan menghadapi pasien tanpa teman segerombolannya. Di fase transisi itu, biasanya ada yang masih bingung dengan jawaban setiap kali ditanya "Kenapa mau jadi dokter?"

Saya tekankan di sini ya. TIDAK ADA YANG SALAH dengan semua motivasi di atas. Mereka berhak menentukan alasan apa yang mereka pilih.

Karena apa pun niat dan tujuan awalnya, mereka tetap harus bekerja dengan integritas ketika sudah menjadi dokter nanti. Suatu saat, panggilan jiwa akan tumbuh dengan sendirinya.

Namun meskipun begitu, keinginan diri sendiri untuk menjalaninya tetap harus mengiringi setiap keputusan yang kita buat. Karena menjadi dokter itu adalah tugas berat yang harus melalui proses panjang dalam masa pendidikannya.

Teruntuk sender twitter dan orang-orang yang berpikiran serupa seperti itu..

Serius, berani membayar mahal untuk melepaskan passion dan cita-cita kamu yang sebenarnya, hanya untuk masuk FK lalu menjadi dokter agar dapat reward (termasuk pengakuan), uang dan terpenuhinya gengsi kamu semata?

Tahu sendiri kan biaya sekolahnya sangat mahal, belum lagi ditambah materinya yang banyak+sulit, sehingga membuat masa pendidikannya pun panjang, serta risiko dan tanggungjawab yang dipikul juga berat.

Rata-rata butuh waktu minimal 6 tahun untuk menjadi seorang dokter umum dengan gaji yang tidak terlalu besar. Mending kalau prakteknya di kota besar, tempat strategis, bekerja di rumah sakit terkenal. Bagaimana kalau kenyataan malah sebaliknya? Tidak ada istilah 'balik modal' seperti yang dikatakan orang-orang selama ini.

Ada pun gaji besar yang didapat ketika sudah menjadi dokter spesialis (total dari awal 10–12 tahun) dengan jam terbang tinggi beberapa tahun, tidak sebanding dengan gaji pekerjaan lain di luar sana yang lebih menjanjikan tanpa harus mengeluarkan biaya mahal untuk sekolahnya, dan merelakan banyak waktunya terbuang.

Kesimpulannya, overrated tentang FK malah menjadi stigma turun temurun. Nyatanya…

Masuk FK itu tidak mentok soal materi dan gengsi. Ada banyak orang yang memang tulus ingin menjadi dokter karena perannya.

Ingin menjadi kaya itu tidak harus menjadi dokter. Apalagi jika ingin kaya secara instan.

Sama seperti pekerjaan lainnya, dokter pun tidak selalu sukses. Banyak pula lulusan dokter yang pada akhirnya tidak bekerja sebagai dokter.

Bukan profesi dokter saja yang memiliki cita-cita pure untuk berbakti pada nilai kemanusiaan.

2. Jurusan yang berhubungan dengan teknologi.

oleh:
Firliana
 

  1. Teknik Informatika
  2. Ilmu Komputer
  3. Teknologi Informasi, dll.

Mohon maaf, saya tidak bermaksud untuk menyinggung pihak mana pun terutama mahasiswa yang berada di jurusan ini.

Apa yang terlalu dilebih-lebihkan?

Prospek kerja, gaji, dan skill-nya

Memang benar prospek kerja di jurusan ini cukup banyak bertebaran di website loker dan sejenisnya, tetapi jika kita perhatikan lebih teliti lagi loker di bidang IT justru jarang melakukan pengupdate-an mengenai posisi yang sudah sold atau sudah di tempati oleh karyawan baru, padahal pelamar dibidang tersebut terbilang cukup banyak.

Gaji yang ditawarkan juga tidak segila yang dicantumkan di internet, misal nya 15jt-30jt, kenyataannya perusahaan hanya menawarkan gaji seputaran 3jt-10jt (tergantung posisi)

Mengapa?

Karena skill pelamar belum memadai standar perusahaan.

Ketika kamu masuk ke dunia IT, mau itu di bagian pekerjaan sekalipun yang dilihat adalah skill mu. Tidak peduli dari universitas mana kamu berasal, ketika kamu bekerja otomatis skill mu akan menjadi personal branding utama.

Kamu bahkan mungkin akan bersaing dengan lulusan SMA/K yang skill programming nya jauh lebih handal dari kamu yang lulusan Strata-1, dan bahkan mungkin posisi nya lebih jauh di atas kamu.

Lagi-lagi jurusan tidak bisa menentukan keahlian seseorang.

Tetapi masyarakat masih sering beranggapan bahwa lulusan IT sudah pasti handal dan ahli dalam segala bidang mengenai teknologi dan sistemnya, serta percaya bahwa lulusan ini sudah pasti akan mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji tinggi.

Padahal ini bukan lagi soal dari mana seseorang berasal, tapi sampai ditahap mana mereka mau belajar serta menigkatkan skill-nya, karena sampai kapanpun era dan teknologi akan terus berkembang.

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama